Langsung ke konten utama

Ternyata Kita Juga Bisa Kaya Seperti Bill Gates

Ternyata Kita dan Bill Gates Sama Saja

pict from http://surabaya.tribunnews.com/2015/06/29
/wow-ada-akuarium-raksasa-di-dalam-rumah-mewah-bill-gates



Tulisan ini adalah hasil perenungan saya setelah sekian lama berkutat dan berjibaku dengan berbagai masalah yang membelit kehidupan saya. Saat saya menulis ini pun bukan berarti saat ini saya sudah benar-benar terbebas dari semua masalah saya, hanya saja saat ini saya sudah mulai memahami apa dan bagaimana sebenarnya tujuan dari hidup ini, kenapa begini dan kenapa begitu.

Seperti judul di atas saya mengambil judul, Ternyata Kita dan Bill Gates Sama Saja, ini maksudnya secara umum kita sebagai manusia, sebagai mahluk paling sempurna penciptaannya. Kita dan Bill Gates, kita dan Syahrini maupun kita dan Jack Ma, memiliki kesamaan yang sama persis dan potensi yang plek njiplek persis sama. Dalam hal ini saya persempit pembahasannya dalam potensi mendapatkan uang atau kekayaan dalam jumlah yang sama bahkan tak terbatas. Sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan dari asal materi yang sama, berada di satu tempat yang sama yaitu Semesta, kita pastilah memiliki kesamaan seperti induk materi penciptaan kita, yaitu semesta ini. Dengan Materi yang sama maka jelas potensi sama dalam mendapatkan harta benda yang tak terbatas nilai dan jumlahnya. Namun, kenapa kita jumpai di dunia ini, tak semua orang bergelimang harta dan tak semua orang melarat? Setelah saya amati, based-on mengamati diri dan rasa yang saya akses serta kejadian di sekitar saya, maka bisa saya simpulkan bahwa apa yang terjadi pada setiap orang adalah buah dari permintaan dan do'a- do'a yang dipanjatkan selama ini.

Mari kita perhatikan secara seksama, dalam kurun waktu 10 tahun dari masing-masing kehidupan kita, masih adakah doa dan harapan kita yang belum terkabul? jika jawaban anda adalah YA maka perlu dievaluasi lagi bagaimana sebenarnya kita bedoa, berusaha, dan mengakses rasa, inshaalloh akan saya bahas di artikel saya selanjutnya. Namun bagi saya pribadi dan hasil dialog dengan beberapa teman, secara intens dalam mengamati kehidupan masing-masing dalam kurun waktu 10 tahun silam, kami tak menemukan satu pun doa dan keinginan yang tak terwujud. Hal ini jadi semakin jelaslah bahwa apapun yang kita dapat baik itu kesenangan, kesedihan, maupun harta benda kekayaan materiil kita saat ini adalah buah dari doa dan keinginan kita di waktu yang lalu. Lalu kenapa kita tidak bisa seperti Bill Gates yang memiliki perusahaan raksasa nan menggurita? atau seperti Syahrini yang kelihatannya hidupnya sangat asyik jalan-jalan, bersenang-senang dengan segala tas, baju, dan pernak pernik mewahnya? Hal ini tak lain dan tak bukan hanya karena kita tak pernah berdoa dan memintanya kepada Tuhan. Kita tak pernah berani bermimpi bahkan hanya untuk membeli tas seharga satu juta saja kita membatasi diri kita, membatalkan doa kita, jadi bagaimana mungkin kita bisa mendapat tas seharga milyaran?
pict from google


Namun, perlu dimaklumi juga kita membatasi bahkan kerap membatalkan doa kita tentang semua ini, karena apa yang kita alami, yang kita lihat dan yang kita rasakan sejak kecil adalah hal yang itu-itu saja, jadi sebenarnya pantas jika kita melihat ada hal yang WOW di luaran sana, maka pikiran bawah sadar kita alias kebiasaan kita sulit menerimanya dan beranggapan tidak mungkin. Namun berita baiknya, pikiran kita hanya sulit menerima bukannya TIDAK bisa menerima, jadi bisa dipastikan hal ini bisa diubah dengan waktu dan tingkat kesulitan tergantung masing-masing individu juga.

Kalau mau dibikin kaku dan menakutkan sih... sebenarnya tindakan kita membatalkan dan tak berani meminta yang WOW kepada Tuhan, hal ini mirip-mirip kita telah meremehkan Tuhan dalam hal memberi kesejahteraan terhadap mahluknya. Bukankah meremehkan Tuhan merupakan dosa yang besar??? Kita hidup dengan doktrin-doktrin yang tertanam sejak kecil yang sebenarnya adalah penjara bagi kita. Bahkan saya pribadi pernah mendengar omongan seseorang terhadap anaknya,
   " Tak perlulah engkau sekolah macam-macam, nanti toh kamu juga tidak akan jauh beda dengan orang tuamu."
Dari hal ini kelihatan sekali bagaiman orang tersebut telah men-Setting masa depan anaknya dengan sedemikian buruknya, dan apabila benar-benar kejadian, maka yang akan terjadi adalah suatu bentuk protes kepada Tuhan dan keluh kesah kehidupan yang tak berkesudahan. Padahal secara Hakikatnya segala kebutuhan bahkan kesenangan kita sudah tersedia dengan melimpah ruah tanpa batas. Disiapkan untuk mereka Yang Mau, Antara yang Tuhan siapkan sejak Bill Gates dilahirkan procot jebrul dari rahim ibunya, itu sama persis plek njiplek dengan apa yang Dia siapkan untuk kita sejak procot juga, hanya di sini PRnya hanyalah bagaimana kita menyiapkan wadah untuk menyambutnya apakah kita mau mengambil dalam kuantitas besar sekaligus atau kita memilih mengambil sesuai apa yang ingin kita nikmati saat ini, atau malah kita memilih untuk playing victim sebagai orang susah? itu adalah sepenuhnya pilihan kita, dan Tuhan adalah sebagai penentu apakah kita pantas atau tidak. Standar kepantasan di sini adalah bagaimana kita mengolah rasa kita untuk selalu nerimo, ikhlas, pasrah, syukur, dan bahagia dengan yang Dia berikan kepada kita.

pict from google


Doktrin yang tak kalah membahayakan juga adalah Tuhan telah menentukan rejeki bagi masing-masing hambanya hal ini mengandung makna tersirat bahwa Tuhan menakar rejeki bagi hambanya, bahwa jika satu gelas tidak akan berubah menjadi satu ember, coba kita resapi lagi maknanya seakan kita menganggap Tuhan pelit dan perhitungan dalam membagi rejekinya, padahal sebenarnya Dia telah menyediakan semua hal dengan tanpa batas tersedia dengan melimpah ruah. Kita punya potensi yang demikian tak terbatas dalam mendapat kenikmatan rejeki materiil maupun non materiil.

Namun, terkadang ada yang beranggapan Tak perlulah mengumpulkan dunia sedemikian banyak, toh nanti dunia itu yang memberatkan di akhirat nanti. Hal ini bukannya keliru namun perlu diluruskan lagi, bahwa semua kembali kepada pilihan dengan penuh kesadaran. Jika kita memilih untuk mengemban amanat berupa harta benda dengan jumlah yang tak memeberatkan saat kematian nanti, berarti kita harus sepenuhnya sadar dengan segala konsekuensinya dan dapat seminimal mungkin terbebas dari penderitaan di saat kita melihat dengan mata tubuh ini bahwa angka di rekening hanya sekian digit, jumlah aset hanya sedikit yang tampak, maupun sedikitnya jumlah lembaran di dompet kita, sebisa mungkin tidak berkeluh kesah dengan ini. Seperti para Guru yang mendedikasikan hidupnya untuk Tuhannya, hidup dalam kesederhanaan dengan penuh kesadaran bahwa itu adalah pilihannya untuk tidak mengambil keberlimpahruahan yang tersedia. Namun, jika kita masih menderita dengan sedikitnya harta benda, alangkah bijaknya kalau kita menyesuaikan dengan keadaan diri kita.
pict from google


Dan inti dari semua ini hanyalah... Seperti halnya semesta sebagai induk penciptaan kita, maka antara semua manusi kita semua sama, Tuhan telah sangat adil menyediakan semua dalam jumlah yang tak terbatas untuk kita. Dan dengan segenap kesdaran mari kita bersyukur dan berterima kasih atas segala kenikmatan dan karunia yang melimpah ruah ini.

See you @ my next Posts ....... with Love with all of my Heart I love U universe

Komentar

Posting Komentar